Pages

Sinampura yening kawentenan iwang, ngiring tureksan lan melajah sareng-sareng

Friday, 3 July 2015

MITOS TIRTA PANCA WARNA DI DESA KELIKI KECAMATAN TEGALLALANG, GIANYAR.




Pada tahun 1970-1985 di pura Duur Gunung /pura tegeh Di desa Keliki terdapat tapakan barong ketet yang bernama Ida Ratu Gede pada upacara hari purnama sasih kadasa puja wali /upacara di pura Duur Gunung. Sesuunan Ratu Gede/ barong mengeluarkan tirta 5 jenis/warna.
yang pertama kali keluar adalah warna putih pada tahun 1970 tirta itu keluar dari jenggot barong anehnya sebelum di tadah jembung tirta itu tidak mau jatuh setelah di tadah baru mau jatuh ke jembung tirta ini di kumpulkan oleh pemangku pengempon pura di tempatkan di salah satu pelinggih di pura fungsi tirta itu adalah pemuput wali/penutup upacara.
                pada upacara berikutnya yang berselang selama 1 tahun barong itu mengeluarkan  tirta lagi yang berwarna merah yang fungsinya untuk hewan ternak yang biasanya kalau ada hewan ternak yang sakit di percikan tirta itu untuk memohon kesembuhan /pembersihan dari segala penyakit. pada upacara yang ke 3 tahun kembali tirta itu keluar yang berwarna kuning ke emasan yang di percaya fungsinya untuk kepertanian/perkebunan. biasanya tirta ini di gunakan pada saat padi berusia 1 bulan di percikan di sawan dengan harapan semua padi tumbuh subur.
dan 5 tahun kemudian sesuunan barong kembali mengeluarkan tirta yang berwarna hitam yang berfungsi menurut kepercayaan masyarakat tirta yang berwarna hitam adalah untuk pengobatan/tamba  biasanya orang yang bertahun tahun sakit sudah di ajak ke rumah sakit tapi tetap saja sakit tirta yang berwarna hitam inilah yang di percaya oleh masyarakat untuk menyembuhkan penyakitnya.
5 tahunnya kemudian barong itu menunjukan keajaiban bukan hanya satu tirta melainkan tirta panca warna/5 warna untuk segalanya tergantung masyarakat menggunakan. dan sampai saat ini tirta ini masih di percaya oleh masyarakat di desa keliki untuk kegiatan upacara, pengobatan, kesuburan. tradisi yang masih di lakukan dan masih di pertahankan sampai saat ini adalah pada saat padi berumur satubulan petani menghaturkan sesaji dan nunas tirta untuk di percikan disawah para petani meyakini tirta yang di percikan di sawah akan membawa kesuburan.
Sumber: Jero Mangku Merta Swinaya
Penulis: I Wayan Mardiana.,S.Pd

No comments:

Post a Comment

Entri Populer